
Panda Nababan, seorang politikus senior PDIP yang dikenal akan keberaniannya dalam mengkritik para pemimpin, dengan tegas mengeluarkan pernyataan kontroversialnya yang kali ini menargetkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming.
Dalam kritiknya yang menggemparkan, Nababan menggambarkan Gibran sebagai seorang anak ingusan yang belum mampu memenuhi tuntutan kepemimpinan.
Dalam pandangannya yang tajam, Panda Nababan melontarkan kritik pedas terhadap keberanian dan keahlian politik Gibran Rakabuming, yang tidak sebanding dengan ketenaran dan kedudukan ayahnya yang legendaris, Presiden Joko Widodo.
Nababan merasa bahwa Gibran, dengan segala potensinya sebagai putra seorang presiden, seharusnya telah memperlihatkan kompetensi dan kebijaksanaan yang lebih matang dalam mengemban tugas sebagai Wali Kota Solo.
Gibran mengaku dirinya masih perlu banyak belajar. Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mengaku belum pernah bertemu dengan Panda Nababan. Gibran pun mengucapkan terima kasih kepada Panda Nababan yang telah memberikan masukan. Gibran menyebut dirinya memang perlu banyak belajar.
Menurut Nababan, penilaian ini didasarkan pada beberapa faktor kunci yang dianggapnya memperkuat argumennya. Pertama, dalam pandangan Nababan, Gibran kurang memiliki pengalaman yang memadai dalam dunia politik dan pemerintahan.
Belum lagi, Gibran harus berhadapan dengan tantangan kompleks dalam mengelola kota yang memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya seperti Solo.
Selain itu, Panda Nababan juga menyoroti gaya kepemimpinan Gibran yang dianggapnya kurang tegas dan terkadang cenderung berubah-ubah. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas.
Keberanian untuk mengambil keputusan sulit, dan kemampuan untuk memimpin dengan integritas dan keadilan. Namun, menurut Nababan, Gibran masih perlu banyak belajar dalam hal ini.
Tidak hanya itu, Nababan juga menganggap bahwa Gibran terlalu banyak mengandalkan popularitas dan pengaruh politik ayahnya, tanpa memperhatikan pentingnya membangun karier dan reputasi pribadinya sendiri.
Menurutnya, sebagai seorang pemimpin, Gibran harus berdiri di atas kaki sendiri, bukan hanya mengandalkan warisan politik keluarga.
Meskipun kritik yang dilontarkan oleh Panda Nababan menuai kontroversi dan mendapat tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan, tidak dapat dipungkiri bahwa keberaniannya untuk mengkritik pemimpin dengan tegas dan terang-terangan adalah sebuah sikap yang patut diapresiasi.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki hak dan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, bahkan kepada mereka yang memiliki posisi yang tinggi.
Dalam rangka membangun kualitas kepemimpinan yang lebih baik di masa depan, kritik yang konstruktif dan objektif haruslah menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Oleh karena itu, kritik yang dilontarkan oleh Panda Nababan terhadap Gibran Rakabuming seharusnya menjadi sebuah bahan renungan bagi para pemimpin muda lainnya untuk terus belajar dan berkembang, serta mengemban tanggung jawab mereka dengan sungguh-sungguh, meninggalkan segala stigma negatif yang mungkin muncul.